Review Film Horror Kisah Nyata 'The Exorcism of Emily Rose' (2005)

*Serius lin?*
Apanya?
*Paling serem?*
Oh, enggak kok. Itu cuma versi aku aja. Menurutku aja lho...


----------------------

*Buset Linaaaaa....*
Apaan?
*Telat bangeeeettt itu kan taun 2005?*
Ah, biarin sih. Toh, aku jadi masih kedapetan film horror yang bagus..


---------------------

Review Start!!



Film ini memang sudah lama, rilis pada tahun 2005. Tapi aku tidak terlalu mempersalahkan hal tersebut, karena pada akhirnya aku tetap sangat menikmati film ini.

Ternyata, film ini masuk box office nomor satu sepanjang masa di Amerika, mengalahkan film-film kisah nyata lainnya.

Well, kemana aku selama ini? Kenapa aku nggak sadar ada film ini? Yang lebih penting, kenapa nggak nonton dari dulu woooi?

Yaa... nggak tau sih. Anggap aja mungkin film ini sengaja disimpan, agar ketika aku lagi kehabisan stok nonton film horror kayak gini, film ini muncul dannn... aku dapet lagi film horror favorit.

Cerita horror dengan tema exorcism atau pengusiran setan, mungkin kalian sudah banyak yang tonton. Bahkan conjuring pun berpusat pada cerita mengenai hal tersebut. Aku sendiri ternyata sudah pernah menonton The exorcist, yang, iya, menurutku itu bagus. Walaupun garis besarnya aku nggak begitu dapet. Itu aku tonton waktu SMA sih, nggak tau kenapa aku nggak paham.

Sejauh ini, film horror favorit masih Insidious Series dan Conjuring, yang digarap oleh James Wan. Keindahan cerita disana bagiku bukan tentang munculnya hantu, bentuk, rupa hantu, kagetnya, tapi tentang 'cerita', atau latar belakang, atau kisah di baliknya. Itu, yang bikin jantungku berdegup tegang, karena aku bisa menangis dan bukannya banyak teriak ketika menonton film tersebut.

Nah, sekarang tambah ini. Kisah Emily Rose jadi kisah horror paling favorit lainnya.
Aku bohong. Sebenernya bukan 'Paling Seram', sih, tapi bagiku 'Paling Menyentuh'. Ini film horror yang 'Paling Menyentuh'

"... Kau akan sangat menderita. Tapi melalui engkau banyak yang akan tahu bahwa dunia arwah adalah nyata..."
Usai menonton film tersebut, pesan itu yang sangat kuingat, sangat dalam, dan sangat benar. Bagiku ya. Kalau bagi kalian tidak demikian, itu hak kalian juga.

Genre film ini horror, tetapi isinya sendiri lebih kepada pembuktian/pembenaran tentang setan di meja pengadilan. Menariknya film ini, jika kita benar-benar mengamati, ternyata ada pada sisi argumen yang terjadi antara Erin dan Ethan. 

Cerita ini memang based on the true story, berdasarkan kisah nyata, jadi, kisahnya beneran ada di dunia nyata. Bedanya, nama aslinya bukan Emily Rose, tapi Annalise Michel. Ada banyak perbedaan dari kisah nyata dan di filmnya, terutama pada tokoh yang muncul dan setting tempat. Kisah nyatanya, mungkin akan kuceritakan lain kali. Cukup menarik memang, karena aku sangat suka mencoba menelusuri hal-hal seperti ini, terutama terkait supranatural dan renungan spiritual (ehapanih). Kali ini, kita fokuskan dulu pada cerita di film ini.

The Exorcism of Emily Rose disutradari oleh Scott Derrickson yang juga menulis naskah cerita ini bersama dengan Paul Harris Boardman, Diambil dari kisah nyata yang memiliki backround cerita tahun 1968 sampai 1973 kalau tidak salah. Cerita ini juga terinspirasi setelah melihat file dari pengerjaan kasus yang melibatkan seorang pendeta yang mendapat tuduhan telah membunuh Annalise Michel melalui acara pengusiran setan tadi. Kalian akan lebih jelas mengerti ketika kalian menonton film ini. Menurutku cukup jelas sih, penjelasannya masuk akal, bisa diterima, tapi juga menimbulkan perdebatan tentang mana yang salah. Aku akan melakukan aksi spoiler kalau kujelaskan semuanya disini.

Kalau film horror biasanya, kita akan disuguhkan alur cerita yang fokus pada aksi supranatural yang terjadi, dan bagaimana ceritanya.

Film The Exorcism of Emily Rose memang bergenre Horror, tetapi drama yang disajikan menurutku juga sama besarnya. Terutama renungannya.

Awalnya aku sendiri berfikir bahwa kematian Emily Rose dalam cerita ini akan dijadikan klimaks, ketika kita dibuat bertanya-tanya apakah para iblis berhasil pergi dari tubuhnya atau tidak.

Tapi, oh, tapi. Cerita ini tidak begitu.

Cerita ini dikemas langsung ke pokok permasalahan, diambil dari sudut pandang hukum, sekaligus sudut pandang pendeta yang mengalami kisah ini, dan pembela yang menangani kasus ini. Jadi, tidak, bukan dari sudut pandang Emily Rose secara langsung.

Waktu buka wikipedia, ternyata memang tokoh Erin Bruner (Laura Linney) dan Father Moore (Tom Wilkinson) yang menjadi tokoh utama.

Oh ternyata... (ini aku buka wikipedia pas udah selesai nonton ya)

Jangan bosan, ketika yang kalian temukan di awal adalah adegan persidangan. Jangan juga merasa kesal ketika kalian menyadari bahwa kisah horrornya hanyalah sebuah kilas balik, karena justru hal menarik ada disitu. Aku nggak bohong, ini beneran.

Aku awalnya gitu. 
Kok, malah bahas persidangannya sih?
Mana horronya?
Kapan flashbacknya?

Semakin kalian fokus pada cerita, mengikuti setiap obrolan, memahami tokoh Erin Bruner, kalian akan memahami, bahwa cerita ini adalah fokus pada kejadian yang dialami oleh Erin Bruner bersama Father Moore menghadapi Ethan (siapa) yang cenderung fokus pada fakta bukan kemungkinan.

Erin Bruner adalah seorang agnostik, jadi dia nggak yakin tentang adanya Tuhan, tentang adanya hal gaib, yah... dia nggak yakin hal seperti itu ada, toh, dia nggak pernah mengalami. Mengambil kasus ini awalnya ia lakukan karena ia ingin 'menang' di persidangan. Itu saja. Apa saja akan ia lakukan untuk menang, terserah Tuhan sama Setan itu beneran ada atau tidak. Nyatanya, melalui kasus ini juga, Erin Bruner memperoleh jalannya, memperoleh keyakinan untuk beriman, ia mulai percaya bahwa ada satu Hal besar di dunia ini. Yaitu Tuhan.

Kesadaran Erin Bruner yang diceritakan dalam kisah The Exorcism of Emily Rose ini yang berhasil menyentuh hatiku. Pembelaannya terhadap Father Moore lama kelamaan tidak hanya bergantung pada bukti, juga tidak bergantung pada kesaksian, tetapi nuraninya menjadi ikut bergerak.

Laura Linney dan Tom WIlkison memerankan perannya dengan cukup baik, untukku. Kalau Jennifer Charpenter sebagai Emily Rose ... hmm.. dia sudah tidak perlu dipertanyakan lagi ya, dia menggambarkan 'kerasukan' dengan gerakan tubuhnya saja menurutku sudah luar biasa. Bagus. Suka.

Laura Linney dan Tom Wilkison berhasil memerankan karakter mereka hingga membuatku terharu mengikuti hari-hari persidangan tokoh Erin Bruner dan Father Moore. Bagaimana Erin Brunner awalnya dijatuhkan karena teori medis lebih kuat daripada pembelaannya, bagaimana Father Moore begitu menghawatirkan Erin diganggu setan dan bukannya khawatir karena dia akan dipenjara. Bahkan, Father Moore sejak awal meminta agar ia langsung dijatuhi hukuman begitu ia dibuktikan bersalah.

Yang membuat tercengang dan tidak bisa membuatku berlaih dari layar kaca, awalnya karena perdebatan antara jaksa yang membawa fakta sedemikian rupa bahwa Emily Rose menderita epilepsi yang mengarah ke gangguan jiwa, sedangkan disisi pembela membawa argumen bahwa Emily Rose selama ini mengalami kerasukan.

Dan yang paling bikin aku seneng banget, karena melalui film ini aku jadi mengerti bahwa studi yang membahas tentang 'kerasukan' itu ada. Aku jadi dapat gambaran tentang ciri-ciri orang kerasukan yang membedakan ia dengan orang yang ayan ataupun halusinasi ataupun gila. Nggak banyak memang, tapi cukup memberiku informasi yang nyatanya memang begitu. Dan masuk akal. Keduanya. Dari sisi medis ataupun studi supranatural, keduanya memiliki tolak ukur yang sama kuatnya. Jadi waktu aku menonton film ini, kerjaanku cuma angguk-angguk. Oooh iya. ya, ya, ya. Ya iya juga ya. Eh iya juga sih ya!

Waktu sampai akhir cerita, aku sedih, terharu, juga jadi mengerti, kenapa... dari sekian orang, kenapa Emily Rose yang dijadikan tempat para iblis itu bersemayam. Padahal dia adalah gadis yang taat agama. Kayak orang islam, yang beriman, rajin sholat, tapi dia kerasukan dan nggak bisa sembuh, malah meninggal. Itu kan, tragis.

Untungnya, kisah Emily Rose diceritakan. Untungnya, kita jadi tahu. Untungnya, hal itu sangat bisa diterima meskipun secara fakta memang tidak masuk akal. Tetapi nurani ini berkata iya, jadi aku percaya.

Film ini, mungkin tentang kisah orang kristiani atau katolik ya aku lupa, tetapi aku sebagai orang Islam juga sama mengertinya. Bahwa di setiap agama, apapun itu, akan ada petunjuk bagi kita untuk menyebarkan kebaikan. 

Emily Rose adalah gadis yang baik, bahkan pilihan terakhir yang ia terima pun adalah kebaikan meskipun ia harus sangat menderita.

Oh ya, aku pikir kasus ini juga adalah kasus yang langka. Karena kasus yang digarap Laura Linney adalah kasus dimana ia mencoba untuk membuktikan 'Keberadaan Setan' di pengadilan, yang mana itu adalah hal yang terdengar konyol, dan tidak masuk akal. Tapi, toh, dia bisa menggerakkan hati nurani para juri untuk keputusan akhir persidangan. Si Emily Rose a.k.a Anneliese Michel ini, karena meninggal saat pengusiran arwah yang mana sangat jarang terjadi menjadikan cerita ini begitu berbeda dan terkenal. Di cerita ini juga dikisahkan bahwa Annelise Michel adalah 'yang terpilih'. Justru karena ketaatannya pada Tuhan inilah, maka jadilah ia yang menjadi tempat dirasukinya 6 iblis. Ternyata, nanti kita akan mengerti bahwa itu bukan hal yang negatif, keadaan ini jika dilihat dari sisi keTuhanan.

Dan sesuai dengan maksud dari film ini, ataupun maksud kematian dari Anneliese Michel, bahwa melalui gadis ini, banyak orang yang tahu bahwa dunia arwah itu nyata. Makamnya menjadi tempat wisata karena sering diziarahi dari berbagai penjuru dunia. Kisahnya juga menjadi inspirasi banyak orang untuk lebih beriman.

Kisah dari Annelise Michel  akan membuat orang merasa ketakutan, dan mereka akan lebih banyak berdoa. Kukira hal ini juga berlaku di agamaku. Dengan kita diyakinkan bahwa dunia gaib itu ada, maka kita akan lebih mendekatkan diri pada Tuhan, karena Tuhanlah yang tidak akan pernah meninggalkan kita. Bahwa pada Tuhanlah, setan pun akan bertekuk lutut karena takut. Bahwa, kita, sebagai orang beriman, seharusnya takut pada Tuhan. Karena Tuhan itulah maka setan itu ada.

Ini merupakan kisah horror, yang bagiku juga inspiratif. Kita menonton film ini tidak hanya dibawa takut, atau mungkin tidak akan takut, tapi kita akan belajar bahwa ada dunia lain selain tempat kita berpijak. Dan seluruh dunia adalah milik Tuhan.

Mungkin, kesadaran itulah yang membuatku begitu terharu ketika menonton film ini, menyaksikan perjalanan dari Erin Bruner dan Father Moore.

Akhirnya, kukatakan bahwa keindahan kisah ini terletak pada 'kisah ini sendiri', pada cerita, pada kronologis, dan pada pesan moral yang disampaikan. Bicara teknis adalah soal nanti, tapi menunjukkan bahwa Emily Rose dalam cerita ini tidak meninggal sia-sia, itulah yang bagiku penting. Mungkin ia meninggal secara tragis, secara fisik ataupun psikis, tapi semoga, ia disisi Tuhan diberikan tempat yang paling damai. Amin.

Aku sudahi saja review ini disini, meskipun aku sangat ingin bercerita tentang Anneliese Michel itu sendiri. Yah, mungkin nanti saja, atau kapan-kapan. 


- Selamat Malam, selama Menonton, dan Mari Menonton! -

NB: Aku nggak tau sih gimana kejadian aslinya pada saat itu. Tapi aku membayangkan bahwa yang terjadi saat itu mungkin sama kayak sidangnya Jessica Mirna ya. Mungkin kisahnya ini heboh kemana-mana, karena kisahnya langka. Oya, si Annelise Michel itu cantik lho, cantik banget malah, tapi emang meninggalnya tragis, dari fisik dia udah beda banget, serem, dan kasihan banget lihatnya. Sedih memang karena cerita ini adalah kisah nyata, bahkan rekaman dari pengusirannya pun ada, secara gambar nyaris sama. Kapan-kapan kali ya, aku pingin share juga.



Salam, Adlina Haezah

Komentar

  1. hai kakak, thanks reviewnya jdi persiapan buat saya nonton exorcism 😁 abis baca review kaka kayaknya gak bakal banyak jumpscare kali ya..

    salam kenal 🤗

    BalasHapus
    Balasan
    1. haloo makasih sudah mampirr.. iya saaay memang klo ngomongin jumpscare nggak banyak sih ehehe

      Hapus
  2. Waah. Makasih banyak ya kak reviewnya. Mau nonton tapi takut,tapi penasaran😆😆

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama samaaa... ayoo nontonn ajak temennya tapi yaaa

      Hapus
  3. Terima kasih banyak yah, Kak atas review nya ini membuat saya jadi terispirasi dan ingin menonton filmnya🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Syarat menambahkan komentar:

>> Jangan berkomentar dengan menggunakan Anynomous
>> Gunakan account google kamu atau jika tidak gunakan URL, yang penting ada nama kalian.. :)
>> Tidak menerima komentar berisi spam..
>> Apabila komentar tidak muncul, berarti komentar kalian belum di moderasi. Jadi tolong mengerti ya.. :)

terimakasih

-------------------------------------||-------------------------------------

Regulation to fill the comment box:

>> Don't use Anynomous
>> Use your google account or just your link/ URL. The main point is, always put your name here :)
>> Cannot receive any spam comment such as comment that it's not relevant with my topic
>> When your comment does not appear, it because I haven't approve that or I haven't read that. So just wait until I read that, please understand :)

Thank you