Review Lagu: Sang Dewi Titi DJ

Note: Ini salah satu tugas sebenernya, tugas tinjauan seni. Sebenernya aku juga nggak bener-bener ngerti sih ini maksudnya apa hahaha secara kok aku malah bego banget ya, kayaknya ya sering nulis, tapi kalo dapet tugas serupa tetep nggak ngerti. Anyway, karena ini juga semacam resensi/apresiasi/tinjauan atau apalah itu terserah bagaimana kalian mengatakannya, dan sesuai sama tema blog ku .. aku upload aja... 

titi dj sang dewi


Lagu Sang Dewi merupakan lagu yang dinyanyikan oleh seorang Diva Indonesia yaitu Titi DJ. Lagu ini rilis pada tahun 2001 dan kemudian dirilis lagi tahun 2007 dalam album The Best Of. Untuk masyarakat yang lahir di tahun 90an, tentu lagu Sang Dewi ini sudah menjadi salah satu lagu favorit yang selain memiliki lirik yang lugas, lagu ini juga menggunakan musik bertempo lambat dengan kombinasi menarik antara biola dan piano dan sedikit sentuhan drum yang kemudian diolah sedemikian rupa sehingga terdengar seolah apa yang ingin disampaikan oleh Titi DJ merupakan sesuatu yang agung. Musik lagu ini bisa jadi menjadi kombinasi yang cocok jika menilik dari lirik yang dibawakan, yaitu sebagai berikut:


Walaupun jiwaku pernah terluka, (aku pernah terluka. Kata ‘jiwa’ memberikan penekanan kedalaman terlukanya si’aku’)
Hingga nyaris bunuh diri, (penekanan lain mengenai terlukanya ‘aku’)
Wanita mana yang sanggup hidup sendiri, di dunia ini (pemahaman dari si ‘aku’ bahwa tidak ada wanita yang sanggup hidup sendiri)

Bait pertama baris pertama menunjukkan si penyair pernah memiliki suatu kisah hidup yang membuatnya terguncang, atau sesuatu yang buruk dalam satu masa hidupnya. Kekuatan dalam kesulitan hidupnya ini dijelaskan dalam bait setelahnya yaitu betapa ia bahkan nyaris bunuh diri karena hal tersebut. Akan tetapi kata ‘walaupun’ di awal lagu memberikan suatu indikasi bahwa penyair ingin memberi tahu bahwa ia bisa melakukan hal yang sebaliknya. Dalam bait pertama juga dijelaskan  bahwa si ‘aku’ adalah seorang wanita. Sebuah pertanyaan sarkatis disebutkan di baris ketiga yang menyebutkan bahwa tidak ada wanita yang sanggup hidup sendiri dan si ‘aku’ adalah satu diantaranya. Itu dikaitkan dengan lirik sebelumnya, bisa diartikan bahwa kesulitan yang ia hadapi tidak menutupi bahwa keinginan sesungguhnya dari si ‘aku’ adalah tidak ingin ditinggalkan.

Walaupun tlah kututup mata hati (berarti ‘aku’ sudah tidak mau merasa, ‘hati’ biasa dikaitkan dengan perasaan)
Begitupun telingaku (telinga bisa dimaksudkan sebagai keinginan penyair bahwa dirinya tidak ingin percaya terhadap kata-kata orang lagi)
Namun bila dikala cinta memanggilmu (‘kamu’ ketika merasakan cinta)
Dengarlah ini (apa yang ingin disampaikan ‘aku’ kepada ‘kamu’)

Bait kedua ini memberikan penjelasan bahwa si ‘aku’ tidak lagi ingin merasakan apa-apa, dijelaskan dengan kata ‘kututup mata hati begitupun telingaku’, ia bahkan memutuskan untuk tidak mendengar apapun yang bisa mengguncangnya. Tetapi kata ‘walaupun’ di awal bait kembali memberi indikasi bahwa si ‘aku’ akan melakukan hal yang sebaliknya. Hal itu terjawab dalam baris berikutnya, yaitu  ketika si ‘kamu’ merasakan adanya cinta di dalam dirinya, penyair menjadikan si ‘kamu’ sebagai sebuah harapan untuk dirinya yang sudah terjatuh. Hal tersebut kemudian dijelaskan dalam bait berikutnya di bagian reff:

Walaupun dirimu tak bersayap (ketidakpedulian aku terhadap keadaan ‘kamu’)
Kuakan percaya 
Kau mampu terbang bawa diriku 
Tanpa takut dan ragu (dikaitkan dengan baris pertama-terakhir, menunjukkan besarnya rasa percaya si ‘aku’)

Lirik pada bait di atas memberikan pengeritan secara tersirat bahwa ‘kamu’ menjadi harapan penyair untuk keluar dari keterpurukan dan kejatuhannya yang seorang diri. Kepercayaan si ‘aku’ terlihat jelas pada bait tersebut dari baris pertama hingga baris keempat. Kata ‘walaupun dirimu tak bersayap’ merupakan penekanan lain akan kepercayaan si ‘aku’.

Walaupun mulutku pernah bersumpah (janji terhadap diri sendiri)
Tak sudi lagi jatuh cinta (menunjukkan salah satu janjinya)
Wanita seperti diriku pun ternyata 
Mudah menyerah (menunjukkan lemahnya pengendalian diri ‘aku’ terhadap ‘kamu’)

Bait berikutnya merupakan kelanjutannya mengenai bagaimana si ‘aku’ memuja si ‘kamu’. Dalam bait ini, si penyair memberikan penekanan lainnya mengenai ketidakmampuan si ‘aku’ mengenai janjinya yang karena pernah tersakiti ia telah bersumpah melakukan segala hal untuk menjauhkannya dari hal-hal yang bisa membuat dirinya jatuh cinta. Tetapi pada kenyataannya si aku hanya kembali jatuh cinta dan mengingkari semua janji-janjinya. Kemudian semakin jelas dalam lirik yang dinyanyikan bahwa ‘kamu’ yang dimaksud telah membuatnya keluar dari kesedihannya yang mendalam mengenai cinta sebelumnya.

Walaupun kau bukan titisan dewa (ketidakpedulian ‘aku’ terhadap ‘kamu’)
Ku takkan kecewa (timbal balik dari si ‘aku’)
Karna kau jadikan ku sang dewi (menunjukkan besarnya perasaan si ‘aku’)
Dalam taman surgawi (penekanan lain mengenai besarnya perasaan si ‘aku’)

Bait terakhir dalam lagu merupakan penggambaran mengenai bagaimana perasaan ‘penyair’ terhadap tokoh ‘kamu’ ini. Ia memberikan gambaran bagaimana si ‘kamu’ telah membuat dirinya merasa bahagia hingga seperti sang dewi. Kata ‘titisan dewa’ bisa diartikan bahwa tokoh ‘kamu’ ini bukanlah seseorang yang sempurna sedangkan kata ‘dewa’ merujuk kepada sesuatu yang agung, berkuasa, kuat, dan sempurna. Kata ‘dewi’ memberikan arti yang sama yaitu kesempurnaan, sehingga ‘kau jadikanku sang dewi’ ini menunjukkan bagaimana si ‘aku’ merasa sempurna meskipun orang yang membuatnya merasa sempurna ini bukanlah orang yang sempurna.

Sekilas dari lirik, bisa disimpulkan bahwa lagu ini ingin memberikan gambaran mengenai betapa ia memuja tokoh ‘kamu’. Setiap lirik yang ia sampaikan, dan setiap perbandingan yang diutarakan si penyair memberikan kedalaman makna betapa tokoh ‘kamu’ memberikan dampak yang besar dalam kehidupannya. Mulai dari bagaimana ‘kamu’ sanggup membuatnya lepas dari kehancuran hatinya, membuatnya kembali jatuh cinta, hingga membuatnya merasa sempurna. Bahkan si ‘aku’ tidak lagi meributkan apakah si ‘kamu’ ini sempurna, seolah hal tersebut tidak penting. Lagu ini juga memberikan penekanan bahwa yang penting bagi si ‘aku’ adalah apa yang ‘kamu’ lakukan untuk dirinya, bukan bagaimana keadaan si ‘kamu’.

Lagu ini sudah sering didengar di banyak acara dan dinyanyikan ulang oleh banyak orang dalam acara tertentu seperti acara kompetisi menyanyi. Hal tersebut membuktikan bahwa lagu Sang Dewi merupakan salah satu lagu yang tidak lengkang oleh waktu dan masih menjadi lagu andalan yang sering didengar. Lagu ini selain memiliki kekuatan dalam lirik, juga terdapat kekuatan lain dalam musik dan bahkan vokal dari penyanyinya sendiri.

Dibawakan dengan tempo yang lambat, lagu Sang Dewi tetap mampu mengusung rasa keagungan dan keindahan dalam lagu, tidak kemudian tempo membuatnya terdengar menjadi sendu atau mellow. Justru dari perpaduan piano dan biola yang mendominasi hampir sepanjang lagu memberikan adanya unsur rasa sakit dan kebahagiaan sesuai dengan apa yang ingin disampaikan sesuai dengan lirik. 

Tetapi lagu ini rasanya tidak akan terdengar seindah ini kalau bukan Titi DJ yang menyanyikannya. Telah dibuktikan dalam beberapa cover lagu, acara kompetisi, bahwa lagu Sang Dewi merupakan lagu yang tidak mudah untuk dinyanyikan. Warna suara Titi DJ ternyata telah mendarah daging dalam lagu ini bahkan telah menjadi ikon tersendiri, sehingga jika seseorang menyanyikan lagu ini dengan mencoba mengikuti vokal Titi DJ maka akan sangat terlihat bagaimana ia tidak akan mampu menyamai suara sang Diva. Bisa jadi lagu ini akan keluar dari kekhasan Titi DJ jika dinyanyikan dengan cara yang berbeda. Kehebatatan Titi DJ dalam merengkuh lagu ini sebagai lagu miliknya membuat lagu sang dewi merupakan salah satu lagu yang dinyanyikan dari hati dengan kekuatan luar biasa dalam penyampaian Titi DJ dengan suaranya sehingga kita bisa memahami arti dan esensi dari lirik yang ingin disampaikan. Perpaduan antara lirik, musik, dan vokal dalam lagu sang Dewi merupakan kombinasi yang sempurna jika mengaitkan dengan keagungan yang memang ingin ditunjukkan lagu ini. 


Salam, ADLN_haezh

Komentar